The Conversation
27 Mar 2025, 01:37 GMT+10
Tiga bulan pertama tahun 2025 menjadi periode penuh gejolak bagi Indonesia. Negeri menghadapi badai multidimensi, mulai dari kebijakan kontroversial pemerintah, gelombang demonstrasi, hingga tekanan ekonomi yang kian mencekik masyarakat.
Salah satu kebijakan paling kontroversial adalah pemangkasan anggaran besar-besaran di sektor-sektor strategis seperti subsidi energi, pendidikan, dan layanan kesehatan. Meskipun pemerintah mengeklaim langkah ini sebagai upaya untuk mengatasi defisit anggaran, publik menilai bahwa kebijakan tersebut berpotensi memperburuk ketimpangan sosial. Sebab, pada saat yang sama, pendanaan untuk proyek infrastruktur berskala besar dan program modernisasi militer tetap dipertahankan.
Ketegangan seketika mencuat ke permukaan. Di media sosial, tagar #IndonesiaGelap menyebar luas bukan hanya sebagai bentuk kritik atas kondisi demokrasi, tetapi juga sebagai ungkapan frustasi atas tekanan ekonomi yang makin berat. Daya beli menurun, kebutuhan pokok naik, dan banyak orang merasa semakin jauh dari rasa aman-baik secara ekonomi maupun politik.
Kondisi makin memanas ketika muncul pembahasan revisi Undang-Undang TNI, yang membuka peluang bagi militer untuk terlibat lebih dalam dalam urusan sipil. Usulan ini ditanggapi dengan penolakan keras dari banyak kalangan. Koalisi mahasiswa, aktivis HAM, dan organisasi masyarakat sipil turun ke jalan, menyuarakan kekhawatiran bahwa ruang demokrasi makin tergerus.
Ketidakpastian ini pun menjalar ke sektor keuangan. Sejak kabinet baru mulai bekerja Oktober lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok hingga 23%-penurunan paling tajam sejak krisis pandemi 2020. Investor asing memilih menarik dananya, khawatir dengan arah kebijakan pemerintah dan lambannya penanganan situasi yang berkembang cepat.
Lalu, bagaimana pendapat tim The Conversation Indonesia melihat situasi yang terjadi di Indonesia selama 3 bulan pertama tahun ini?
Dalam episode terbaru SuarAkademia, Podcast Producer The Conversation Indonesia, Muammar Syarif, berbincang dengan tiga anggota tim redaksi: Anggi Lubis (Acting Chief Editor), Robby Irfany Maqoma (Acting Managing Editor), dan Andi Ibnu Masri Rusli (Editor Ekonomi).
Anggi menyoroti bahwa dalam situasi transisi seperti tiga bulan ke belakang, kebijakan yang diterapkan tanpa kesiapan sosial dan komunikasi publik yang memadai berpotensi menimbulkan resistensi. Beberapa kebijakan yang diluncurkan pada awal tahun ini, menurutnya, justru memicu ketidakpuasan publik karena dianggap terburu-buru dan tidak inklusif dalam proses perumusannya.
Ditambah lagi, kebijakan efisiensi anggaran yang diambil oleh pemerintah pusat menuai kritik, terutama karena dilakukan secara menyeluruh tanpa memperhatikan konteks sektor yang terdampak. Ia menilai bahwa efisiensi yang tidak disertai strategi mitigasi yang memadai dapat berujung pada gangguan terhadap stabilitas nasional
Robby menambahkan dunia pendidikan tinggi juga tidak lepas dari sorotan. Adanya pemangkasan anggaran pendidikan tinggi dikhawatirkan berdampak langsung pada kesejahteraan dosen dan komunitas akademik secara luas yang berujung melemahkan iklim riset dan kualitas pendidikan yang selama ini menjadi pilar pembangunan pengetahuan di Indonesia.
Robby juga menyoroti bagaimana cara pemerintah dalam merespons isu atau kritik yang disampaikan oleh masyarakat. Menurutnya, jawaban dari pemerintah terkait beberapa isu justru membuat publik makin geram dan tidak mendinginkan situasi.
Sedangkan Andi melihat penurunan tajam di pasar saham harus menjadi perhatian yang serius. Situasi ini mencerminkan menurunnya kepercayaan investor dan mengindikasikan ketidakpastian ekonomi yang perlu direspons secara serius oleh pemerintah. Ia menambahkan kestabilan politik dan kejelasan arah kebijakan sangat menentukan iklim investasi ke depan.
Simak episode lengkapnya hanya di SuarAkademia- ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.
Get a daily dose of Myanmar Sun news through our daily email, its complimentary and keeps you fully up to date with world and business news as well.
Publish news of your business, community or sports group, personnel appointments, major event and more by submitting a news release to Myanmar Sun.
More InformationKATHMANDU, Nepal: An American climber has died on Mount Makalu in eastern Nepal while raising money for a children's cancer program,...
On a typical day, Mai Rupa travels through his native Shan State, in eastern Myanmar, documenting the impact of war. A video journalist...
DHAKA, Bangladesh: Thousands of supporters of the Islamist group Hefazat-e-Islam took to the streets of Dhaka to protest proposed legal...
Rajouri (Jammu and Kashmir) [India], May 14 (ANI): Jammu and Kashmir administration is actively assessing the damage and expediting...
Yupia (Arunachal Pradesh) [India], May 14 (ANI): India sealed its spot at the top of Group B of the SAFF U19 Championship after a comprehensive...
Rajouri (Jammu and Kashmir) [India], May 14 (ANI): Security forces on Tuesday neutralised a live shell that was recovered earlier in...
REDMOND, Washington: Microsoft has prohibited its employees from using Deepseek, a Chinese artificial intelligence app, citing concerns...
HONOLULU, Hawaii: Pharmaceutical giants Bristol Myers Squibb and Sanofi have agreed to pay $700 million to Hawaii to settle a lawsuit...
WASHINGTON, D.C.: The U.S. Food and Drug Administration (FDA) said this week it will start using artificial intelligence (AI) in all...
NEW YORK CITY, New York: Citigroup must defend itself against a revived lawsuit accusing the bank of facilitating and concealing a...
Gaza Faces Imminent Famine as Aid Blockade Enters 70th Day, UN Warns The entire population of Gaza is now at critical risk of famine,...
WASHINGTON, D.C.: The Republican-led U.S. House of Representatives has passed a bill to rename the Gulf of Mexico as the Gulf of America,...